SCROOL UNTUK MELANJUTKAN
Internasional

Respon Swedia Terhadap Kemenangan Erdogan Setelah Ditolak Gabung NATO: Menyongsong Hubungan yang Berdampak

Maryono
×

Respon Swedia Terhadap Kemenangan Erdogan Setelah Ditolak Gabung NATO: Menyongsong Hubungan yang Berdampak

Share this article
Respon Swedia Terhadap Kemenangan Erdogan Setelah Ditolak Gabung NATO: Menyongsong Hubungan yang Berdampak
Respon Swedia Terhadap Kemenangan Erdogan Setelah Ditolak Gabung NATO: Menyongsong Hubungan yang Berdampak

ABOUTJATIM.COM – Recep Tayyip Erdogan kembali meraih kemenangan dalam pemilihan presiden putaran kedua di Turki pada Ahad (28/5/2023), dan Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, memberikan ucapan selamat atas kemenangan tersebut.

Melalui akun Twitter resminya, @SwedishPM, Kristersson menulis pesan selamat untuk Erdogan dan menekankan bahwa keamanan kedua negara merupakan prioritas di masa depan.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN

“Selamat @RTErdogan atas terpilihnya kembali Anda. Keamanan kita bersama adalah prioritas masa depan,” demikian bunyi pesan Kristersson yang diunggah pada Senin (29/5/2023).

Namun demikian, hubungan antara Swedia dan Turki tidak selalu harmonis dalam beberapa waktu terakhir.

Pemerintahan Erdogan sebelumnya menolak dan memveto tawaran Swedia untuk menjadi anggota NATO.

Salah satu alasan yang menjadi penyebab ketegangan antara keduanya adalah insiden di mana sekelompok warga Kurdi di pusat kota Stockholm, Swedia, melakukan protes dengan membakar patung Erdogan dan menggantungkannya di tiang lampu.

Erdogan menuduh Stockholm memberikan tempat yang aman bagi anggota Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan Partai Persatuan Demokratik (PYD) di Suriah, yang oleh Ankara dianggap sebagai kelompok teroris.

Selain itu, Erdogan juga menolak keanggotaan Swedia di NATO setelah pemerintahan Kristersson membiarkan aksi pembakaran Alquran di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm.

Menyikapi protes warga Kurdi tersebut, Perdana Menteri Swedia, Kristersson, sebenarnya juga mengutuk tindakan tersebut.

Ia melihat pembakaran dan penghukuman patung Erdogan sebagai sabotase terhadap upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dalam tanggapannya terhadap protes tersebut menyatakan bahwa pemerintah Swedia tidak memiliki hak untuk berbicara tentang hak dan kebebasan kepada Turki dan umat Islam.

“Jika Anda benar-benar menghormati hak dan kebebasan, pertama-tama, Anda perlu menghormati Republik Turki dan keyakinan agama Muslim. Jika Anda tidak melakukannya, maka maaf, kami tidak akan memberikan dukungan apa pun terkait keanggotaan NATO kepada Anda,” tegas Erdogan.

Perlu diketahui bahwa hubungan antara Swedia dan Turki telah mengalami pasang-surut dalam beberapa tahun terakhir.

Ketegangan tersebut terutama terkait dengan isu-isu politik dan perbedaan pandangan antara kedua negara.

Dalam beberapa kesempatan, terjadi ketegangan antara Erdogan dan beberapa negara Eropa, termasuk Swedia, terkait hak asasi manusia, kebebasan berpendapat, dan perlindungan minoritas.

Meskipun ada perbedaan dan ketegangan dalam hubungan bilateral, para pemimpin negara tetap berusaha menjaga dialog yang konstruktif dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip diplomasi.

Ucapan selamat dari Perdana Menteri Swedia, Ulf Kristersson, kepada Recep Tayyip Erdogan adalah contoh dari upaya tersebut. Dalam mengucapkan selamat, Kristersson juga menekankan pentingnya menjaga keamanan bersama dan memprioritaskan masa depan yang stabil.

Sekali lagi, hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat perbedaan pendapat dan perselisihan di antara mereka, negara-negara berupaya untuk menjaga hubungan yang sehat dan saling menghormati dalam menghadapi tantangan global yang kompleks.

Hubungan antara Swedia dan Turki masih memiliki potensi untuk berkembang ke arah yang lebih baik di masa depan, terutama jika kedua negara dapat menemukan titik kesamaan dan membangun kerjasama yang saling menguntungkan.

***

Dapatkan berita terbaru dari About Jatim di:
Advertisement